Rabu, 20 Januari 2010

A.DEFINISI
Karsinoma Hepatoseluler (hepatocelluler carcinoma=HCC) merupakan tumor ganas hati primer yang berasal dari hepatosit, demikian pula dengan karsinoma fibrolamelar dan hepatoblastoma. Tumor ganas hati lainnya, kolangiokarsinoma (Cholangiocarcinoma=CC) dan sistoadenokarsinoma berasal dari sel epitel billier, sedngkan angiokarsinoma dan leiomiosarkoma berasal dari sel mesenkim. Dari seluruh tumor ganas hati yang pernah didiagnosis, 85% merupakan HCC; 10% CC; dan 5% adalah jenis lainnya. Dalam dasawarsa terakhir terjadi perkembangan yang cukup berarti menyangkut HCC, antara lain perkembangan pada modalitas terapi yang memberikan harapan untuk sekurang-kurangnya perbaikan pada kualitas hidup pasien.
Kanker hati sering disebut "penyakit diam." Pasien seringkali tidak mengalami gejala sampai kanker pada tahap kemudian, sehingga jarang ditemukan awal. Sebagai kanker tumbuh, beberapa pasien mungkin mengalami gejala seperti sakit di perut sebelah kanan atas melalui bagian belakang dan bahu, bloating, berat badan, kehilangan nafsu makan, kelelahan, mual, muntah, demam, dan penyakit kuning. Lain-lain penyakit hati dan masalah-masalah kesehatan juga dapat menyebabkan gejala-gejala tersebut, tapi setiap orang mengalami gejala seperti ini harus melihat dengan dokter.(Anonim,2006)

B.EPIDEMIOLOGI
HCC meliputi 5,6% dari seluruh kasus kanker pada manusia serta menempati peringkat kelima pada laki-laki dan kesembilan pada perempuan sebagai kanker tersering di dunia, dan urutan ketiga dari kanker sistem saluran cerna setelah kanker kolorektal dan kanker lambung. Tingkat kematian (rasio antara mortalitas dan insidensi) HCC juga sangat tingi, di urutan kedua setelah kanker pankreas. Secara geografis, di dunia terdapat tiga kelompok wilayah tingkat kekerapan HCC, yaitu tingkat kekerapan rendah (kurang dari tiga kasus); menengah (tiga hingga sepuluh kasus); dan tinggi (lebih dari sepuluh kasus per 100,000 penduduk). Tingkat kekerapan tertingi tercatat di Asia Timur dan Tenggara serta di Afrka Tengah, sedangkan yang terendah di Eropa Utara; Amerika Tengah; Australia dan Selandia Baru.
Sekitar 80% dari kasus HCC di dunia berada di negara berkembang seperti Asia Timur dan Asia Tenggara serta Afrika Tengah (Sub-Sahara), yang diketahui sebagai wilayah dengan prevalensi tinggi hepatitis virus. Di negara maju dengan tingkat kekerapan HCC rendah atau menengah, prevalensi infeksi HCV berkorelasi baik dengan angka kekerapan HCC. Menurut hasil pengamatan, berdasarkan data dari registrasi kanker terpilih dari seluruh dunia yang menengarai adanya kecenderungan meningkatnya kekerapan HCC di banyak negara maju, sedangkan di negara-negara berkembang bahkan terjadi penurunan.
HCC jarang ditemukan pada usia muda, kecuali di wilayah yang endemik infeksi HBV serta banyak terjadi tranmisi HBV perinatal. Umumnya di wilayah dengan kekerapan HCC tinggi, umur pasien HCC 10-20 tahun lebih muda daripada umur pasien HCC di wilayah dengan angka kekerapan HCC rendah. Hal ini dapat dijelaskan antara lain karena di wilayah dengan angka kekerapan tinggi, infeksi HBV sebagai salah satu penyebab terpenting HCC, banyak ditularkan pada masa perinatal atau masa kanak-kanak, kemudian terjadi HCC sesudah dua-tiga dasawarsa. Pada semua populasi, kasus HCC laki-laki jauh lebih banyak (dua-empat kali lipat) daripada kasus HCC perempuan.(Anonim,2009)

C.ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO

Etiologi
a.Infeksi Hepatitis B
Hubungan antara infeksi kronik HBV dengan timbulnya HCC terbukti kuat, baik secara epidemologis, klinis maupun eksperimental. Menurut beberapa penelitian, frekuensi kanker hati berhubungan (berkorelasi) dengan frekuensi infeksi virus hepatitis B kronis. Sebagai tambahan, pasien-pasien dengan virus hepatitis B yang memiliki risiko tinggi untuk terjadi kanker hati adalah pria-pria dengan sirosis (pembentukan jaringan parut di hati), virus hepatitis B dan terdapat riwayat kanker hati keluarga.
Pada pasien yang memiliki virus hepatitis B kronis dan kanker hati, material genetik dari virus hepatitis B seringkali ditemukan menjadi bagian dari material genetik sel-sel kanker. Hal ini diperkirakan karena adanya genom virus hepatitis B (kode genetik) pada daerah-daerah tertentu yang masuk ke material genetik dari sel-sel hati. Material genetik virus hepatitis B ini mungkin kemudian mengacaukan/mengganggu material genetik yang normal dalam sel-sel hati, dan dengan demikian menyebabkan sel-sel hati menjadi bersifat kanker. Pasien yang memiliki virus hepatitis B kronis dapat berpotensi terkena HCC jika pasien tersebut memiliki faktor resiko lain, seperti konsumsi alkohol ataupun pasien memiliki infeksi yang bersamaan dengan infeksi virus hepatitis C kronis.
b.Infeksi Hepatitis C
Infeksi virus hepatitis C (HCV) juga dihubungkan dengan perkembangan kanker hati. Pada beberapa studi retrospektif dari riwayat pasien yang memiliki hepatitis C, waktu rata-rata pasien yang terkena paparan virus hepatitis C untuk berpotensi menjadi kanker hati yaitu ±28 tahun. Beda halnya pada pasien yang sebelumnya telah mengidap sirosis hati dan terinfeksi virus hepatitis C pula, rata-rata waktu yang diperlukan pasien hingga mengidap kanker hati ialah ± 8-10 tahun. Beberapa studi prospektif Eropa melaporkan bahwa kejadian tahunan kanker hati pada pasien virus hepatitis C yang mengidap sirosis berkisar dari 1.4 sampai 2.5% per tahun.
Pada pasien yang terinfeksi virus hepatitis C, faktor-faktor risiko sehingga terjadinya kanker hati antara lain adanya sirosis, umur yang lebih tua, jenis kelamin laki, meningkatnya kadar alpha-fetoprotein (suatu penanda tumor darah), konsumsi alkohol, dan infeksi yang bersamaan dengan virus hepatitis B. Mekanisme virus hepatitis C menyebabkan kanker hati tidak dimengerti dengan baik. Tidak seperti virus hepatitis B, material genetik virus hepatitis C tidak masuk secara langsung ke dalam material genetik sel-sel hati.
Pada studi yang lain, diketahui terdapat beberapa individu-individu yang terinfeksi virus hepatitis C kronis yang menderita kanker hati tanpa mengidap sirosis. Hal ini dicurigai karena bahwa protein inti (pusat) dari virus hepatitis C adalah penyebab pengembangan kanker hati. Protein inti sendiri (suatu bagian dari virus hepatitis C) diperkirakan menghalangi proses alami kematian sel atau mengganggu fungsi dari suatu gen (gen p53) sebagai penekan tumor yang normal. Akibatnya sel-sel hati terus hidup dan berproliferase tanpa dapat dikendalikan.
c.Alkohol
Sirosis yang disebabkan oleh konsumsi alkohol dalam jangka waktu lama merupakan penyebab paling umum dari kanker hati di negara-negara maju. Mekanisme ini terjadi ketika para alkoholik menghentikan konsumsi alkoholnya, sel-sel hati akan mencoba untuk memperbaiki organ hati dengan cara regenerasi atau mereproduksi sel-sel baru. Selama proses regenerasi aktif inilah, terjadi suatu perubahan genetik (mutasi) yang menghasilkan kanker. Sedangkan angka kematian pada pecandu alkoholik aktif lebih disebabkan komplikasi dari pengunaan alkohol jangka panjang seperti gagal hati.
Meskipun alkohol tidak memiliki kemampuan mutagenik, peminum berat alkohol (50-70 g/hari dan berlangsung lama) beresiko untuk menderita HCC melalui sirosis hati alkoholik. Hanya sedikit bukti adanya efek karsinogenik langsung dari alkohol. Alkoholisme juga meningkatkan resiko terjadinya sirosis hati dan HCC pada pengidap infeksi HBV atau HCV. Sebaliknya, pada sirosis alkoholik terjadinya HCC juga meningkat bermakna pada pasien dengan HbsAg-positif atau anti- HCV positif. Ini menunjukkan adanya peran sinergistik alkohol terhadap infeksi HBV maupun infeksi HCV. Acapkali penyalahgunaan alkohol merupakan prediktor bebas untuk terjadinya HCC pada pasien dengan hepatitis kronik atau sirosis akibat infeksi HBV atau HCV. Efek hepatotoksik alkohol bersifat dose-dependent, sehingga asupan sedikit alkohol tidak meningkatkan resiko terjadinya HCC.
d.Aflatoxin B1
Aflatoxin B1 adalah kimia yang diketahui paling berpotensi membentuk kanker hati. Ia adalah suatu produk dari suatu jamur yang disebut Aspergillus flavus, yang ditemukan dalam makanan yang telah tersimpan dalam suatu lingkungan yang panas dan lembab. Jamur ini ditemukan pada makanan seperti kacang-kacang tanah, beras, kacang-kacang kedelai, jagung, dan gandum. Aflatoxin B1 telah dilibatkan pada perkembangan kanker hati di China Selatan dan Afrika Sub-Sahara. Ia diperkirakan menyebabkan kanker dengan menghasilkan perubahan-perubahan (mutasi-mutasi) pada gen p53. Mutasi-mutasi ini bekerja dengan mengganggu fungsi-fungsi penekan tumor yang penting dari gen.
e.Obat-Obat Terlarang, Obat-Obatan dan Senyawa Kimia
Tidak ada obat-obat yang menyebabkan kanker hati, namun hormon-hormon wanita (estrogens) dan steroid-steroid pembentuk protein (anabolic) dihubungkan dengan pengembangan hepatic adenomas. Ini adalah tumor-tumor hati yang ramah/jinak yang mungkin mempunyai potensi untuk menjadi ganas (bersifat kanker). Jadi, pada beberapa individu-individu, hepatic adenoma dapat berkembang menjadi kanker.
Senyawa tertentu dikaitkan dengan tipe-tipe lain dari kanker yang ditemukan pada hati. Contohnya, thorotrast, suatu agen kontras yang dahulu digunakan untuk pencitraan (imaging), menyebabkan suatu kanker dari pembuluh-pembuluh darah dalam hati yang disebut hepatic angiosarcoma.
Faktor resiko lain terjadinya kanker hepatoselular atau kanker hati adalah :
•Jenis kelamin. Laki laki lebih rentan terkena kanker hati bila dibandingkan dengan perempuan. Hal ini mungkin ada hubungannya dengan faktor genetik.
•Sirosis Hati. Orang dengan sirosis hati mempunyai kemungkinan menderita kanker hati yang lebih besar dibandingkan dengan yang tidak.
•Penyakit hati autoimun (hepatitis autoimun; PBC/sirosis bilier primer)
•Penyakit hati metabolik (hemokromatosis genetik; defisiensi antitripsin-alfa 1; penyakit wilson)
•Kontrasepsi oral
•Gangguan metabolisme. Beberapa ganguan metabolisme dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker hati misalnya kelainan yang menyebabkan penumpukan zat besi dalam hati (hemochromatosis).
•Memiliki riwayat keluarga menderita penyakit hati atau diabetes.
•Penggunaan aflatoksin- racun yang secara natural diproduksi oleh banyak species jamur- dalam jangka panjang. penggunaan anabolic steroid dalam waktu lama.
•Kebiasaan merokok dan mengkonsumsi air yang mengandung arsenik.
Tipe kanker hati :
1.Kanker hati primer
•Cholangio carcinoma, kanker yang berawal dari saluran empedu
•Hepatoblastoma, pada awalnya menyerang anak2 atau anak yang mengalami pubertas
•Angiosarkoma, kanker yang jarang terjadi, bermula di pembuluh darah yang ada pada hati
•Hepatoma (HCC), berawal di hepatosit dan dapat menyebar ke organ lain-laki dua kali lebih rawan dibandingkan dengan wanita
2.Kanker hati sekunder
Kanker hati sekunder dapat muncul dari kanker hati primer pada organ-organ lain tetapi pada umumnya bersumber dari perut, pancreas, kolon dan rectum.

D.PATOFISIOLOGI
Kanker disebabkan proliferasi sel yang tidak terkontrol. Kanker akan muncul bila DNA sel normal mengalami kerusakan sehingga menyebabkan mutasi genetik. Kanker hati adalah tumor maligna, baik dalam jaringan itu sendiri (primary liver cancer) maupun secondary liver cancer (dapat menyebar ke bagian tubuh yang lain). Fungsi hati sebagai penyaring racun dan sampah lainnya dalam darah menjadikannya sangat penting. Akan tetapi, bila kanker menyerang hati, hati tidak mempunyai kemampuan tersebut.
Proses carsinogenis
Carsinogenesis merupakan tahapan pembentukan sel-sel kanker mulai dari tahapan inisiasi sampai pada progresivitas pertumbuhan sel kanker. Tahap inisiasi dimulai dengan perubahan genetik sel-sel yang mengakibatkan rusaknya DNA sel normal. Selanjutnya perubahan genetik dari sel-sel yang ada berlanjut menjadi tahap promotion dimana sel-sel terinisiasi menjadi agen yang meningkat pertumbuhannya menjadi massa yang lebih besar. Karena itulah fungsi sel-sel atau jaringan yang diserang menjadi terganggu. Tahapan yang berikutnya adalah tahap transformasi dimana sel-sel yang mengalami multiplikasi ini bertransformasi menjadi sel malignant dan mengalami perubahan genetik di dalamnya. Tahapan yang terakhir adalah tahap progression dimana sel malignant yang mulai terbentuk pada fase transformation berubah menjadi malignant tumor. Malignant tumor adalah sel malignant yang mulai mengganas dan cenderung pada tumor ganas atau kanker.
Metastasis
Sel normal dapat berubah menjadi sel kanker disebabkan karena ekspresi onkogen. Onkogen berasal dari proto onkogen yang berperan dalam aktivitas pertumbuhan sel eukariotik normal yang bermutasi. Jika onkogen aktif maka sel akan mengalami perubahan pertumbuhan yang tidak terkendali.
Penyebab kanker hati sampai sekarang belum diketahui secara pasti. Namun kanker hati dapat dikenali dari faktor-faktor yang bisa diidentifikas, penyakit yang pernah atau sedang diderita. Meliputi:
1.Hepatitis B kronis
2.Terinfeksi hepatitis C
3.Cirrhosis pada liver
4.Diabetes mellitus
5.Terinfeksi racun, seperti jamur aflatoxin, vinyl chloride, anabolic steroids, dan arsenik
6.Akibat merokok
Patogenesis molekular HCC
Mekanisme karsinogenis HCC (hepatocellular carcinoma) belum sepenuhnya diketahui secara pasti. Apapun agen penyebabnya, transformasi maligna hepatosit dapat terjadi melalui peningkatan perputaran (turn over) sel hati yang diinduksi oleh cedera (injury) dan regenerasi kronik dalam bentuk inflamasi dan kerusakan oksidatif DNA. Hal ini dapat menimbulkan perubahan genetik seperti perubahan kromosom, aktivasi onkogen seluler atau inaktivasi gen supresor tumor, yang mungkin bersama dengan kurang baiknya penanganan DNA mismatch, aktivasi telomerase, serta induksi faktor-faktor pertumbuhan dan angiogenik. Hepatitis virus kronik, alkohol dan penyakit hati metabolik seperti hemokromatosis dan defisiensi antitripsin-alfa1, mungkin menjalankan peranannya terutama melalui jalur ini (cedera kronik, regenerasi, dan sirosis). Dilaporkan bahwa HBV dan mungkin juga HCV dalam keadaan tertentu juga berperan langsung pada patogenesis molekular HCC. Aflatoksin dapat menginduksi mutasi pada gen supresor tumor p53 dan ini menunjukkan bahwa faktor lingkungan juga berperan pada tingkat molekular untuk berlangsungnya proses hepato karsinogenesis.
Hilangnya heterozigositas (LOH= lost of heterozigygosity) juga dihubungkan dengan inaktivasi gen supresor tumor. LOH atau delesi alelik adalah hilangnya satu salinan (kopi) dari bagian tertentu suatu genom. Pada manusia, LOH dapat terjadi di banyak bagian kromosom. Infeksi HBV dihubungkan dengan kelainan di kromosom 17 atau pada lokasi di dekat gen p53. Pada kasus HCC, lokasi insersional non-selektif. Integrasi acap kali menyebabkan terjadinya beberapa perubahan dan selanjutnya mengakibatkan proses translokasi, duplikasi terbalik, penghapusan (delesi) dan rekombinasi. Semua perubahan ini dapat berakibat hilangnya gen-gen supresi tumor maupun gen-gen selular penting lainnya. Dengan analisis southern blot, potongan (sekuen) HBV yang telah terintegrasi ditemukan di dalam jaringan tumor/HCC, tidak ditemukan di luar jaringan tumor. Produk gen X dari HBV, lazim disebut HBx dapat berfungsi sebagai transaktivator trannskripsional dari berbagai gen seluler yang berhubungan dengan kontrol pertumbuhan. Ini menimbulkan hipotesis bahwa HBx mungkin terlibat pada hepatokarsinogenesis oleh HBV.
Di wilayah endemik HBV ditemukan hubungan yang bersifat dose-dependent antara pejanan AFB1 dalam diet dengan mutasi pada kodon 249 dari p53. Mutasi ini spesifik untuk HCC dan tidak memerlukan integrasi HBV ke dalam DNA tumor. Mutasi gen p53 terjadi pada sekitar 30% kasus HCC di dunia, dengan frekuensi dan tipe mutasi yang berbeda menurut wilayah geografik dan etiologi tumornya.
Infeksi kronik HCV dapat berujung pada HCC setelah berlangsung puluhan tahun dan umumnya didahului oleh terjadinya sirosis. Ini menunjukkan peranan penting dari proses cedera hati kronik diikuti oleh regenerasi dan sirosis pada proses hepatokarsinogenesis oleh HCV.
Selain yang disebutkan di atas, mekanisme karsinogenesis HCC juga dikaitkan dengan peran dari telomerase, insulin-like growth endothelial (IGFs) dan insulin receptor substrate (IRS1). Untuk proliferasi HCC yang diduga berperan penting adalah vascular endothelial growth factor (VEGF) dan basic fibroblast growth factor (bEFG), berkat peran keduanya pada proses angiogenesis.(Oberfield,1989)

E.GEJALA
Tidak terdapat gejala-gejala awal dari pasien yang didiagnosa mengidap kanker hati, biasanya gejala dari kanker hati dapat timbul setelah mencapai stadium lanjut dan telah memerlukan penanganan khusus.
Gejala-gejala umum dari kanker hati, yaitu:
a.Nyeri abdominal, merupakan gejala yang paling umum terjadi, biasanya digunakan sebagai penanda tumor telah membesar dan luas hati yang terkena.
b.Penurunan berat badan dan biasanya disertai dengan demam, merupakan tanda-tanda umum kanker hati pada pasien dengan sirosis.
c.Tidak enak badan.
d.Kehilangan nafsu makan.
e.Sensory loss
f.Limb weakness
g.Mata dan kulit berwarna kuning, suatu kondisi yang terjadi ketika ada cairan empedu dalam aliran darah yang disebabkan oleh tidak berfungsinya hati, saluran empedu atau kantung empedu. Hal ini dapat juga menyebabkan air kencing berwarna gelap dan tanah liat berwarna pergerakan usus.(Anonim,2006)

F.DIAGNOSA

a.Tes darah
Tes darah dilakukan untuk mengetahui informasi-informasi yang berhubungan dengan kanker hati. Diantaranya CEA (Carcinoembryogenic antigen) atau AFP (alfa-fetoprotein). CEA adalah protein yang biasanya diproduksi dalam janin selama dua trimester pertama kehamilan. CEA ini juga diproduksi oleh adenokarsinoma dari sistem pencernaan (seperti usus besar dan rektum, pankreas, lambung), paru-paru, dan payudara. Kadar tertinggi CEA terlihat pada pasien dengan metastasis hati dari kanker usus besar. Pengukuran CEA selama pengobatan memberikan informasi penting pada efisiensi pengobatan. CEA paling umum digunakan pada pasien untuk deteksi dini berulang atau metastasis kanker. Kadar normal CEA bagi seorang non-perokok <~ 3 ng / ml dan 3-5 ng / ml untuk seorang perokok. AFP juga diproduksi pada janin tetapi terus menurun dan menjadi normal pada usia 6 - 12 bulan. Zat ini diproduksi oleh pasien dengan hepatocellular carcinoma (HCC) atau tumor sel germinal. Sekitar 70 - 90% dari pasien dengan karsinoma hepatoseluler akan memiliki kadar yang berkisar di atas normal (lebih besar dari 20 ng / ml) sampai 10.000.000 ng / ml. Seperti CEA, AFP dapat juga digunakan untuk memantau efektivitas pengobatan kanker pada pasien dengan HCC dan tumor sel germinal. b.Kolonoskopi dan Laparoskopi Colonoscopy dapat digunakan jika ada alasan mencurigai adanya kanker kolorektal primer atau jika pasien memiliki kanker usus besar di masa lalu. Kolonoscope adalah alat yang sangat fleksibel yang dapat digunakan untuk memeriksa seluruh usus besar. Alat ini dilengkapi dengan kamera kecil yang memberikan cahaya dan memungkinkan dokter untuk melihat kondisi usus besar pasien. Kadang-kadang, selama proses kolonoskopi, diperoleh jaringan kecil yang dapat digunakan sebagai sampel untuk analisis laboratorium (disebut biopsi). Laparoskopi adalah pemeriksaan yang hampir sama dengan kolonoskopi kecuali alat yang digunakan yang disebut laparoskop. Tidak seperti kolonoskopi, sebagian besar pasien yang menjalani laparoskopi akan memerlukan anestesi umum. Seperti colonoscopy, alat ini juga menggunakan tampilan kamera yang juga memancarkan cahaya. laparoskop adalah alat berbentuk seperti tabung kecil yang digunakan terutama untuk pemeriksaan hati dan pankreas. Untuk melakukan pemeriksaan ini, perlu dilakukan pembedahan kecil di perut untuk memasukkan alat ini. Ahli bedah dapat menggunakan kesempatan ini untuk melakukan biopsy. c.CT-Scan CT scan (Computerized Tomography) adalah suatu bentuk sinar-x yang dipancarkan pada pasien untuk menggambarkan bagian dalam tubuh. CT-scan dihubungkan dengan Komputer pemindai penganalisis data untuk menentukan kondisi jaringan dan organ tubuh. Seringkali, pewarna kontras disuntikkan ke dalam pembuluh darah untuk meningkatkan kejelasan gambar daerah-daerah tertentu di hati. Hasil dari CT scan dapat menentukan adanya tumor dan lokasinya. Selain itu, CT-scan juga dapat mendeteksi kelainan organ atau struktur yang abnormal, saluran yang tersumbat dan jaringan yang abnormal. d.Pemeriksaan fisik Pemeriksaan dilakukan dengan posisi berbaring pada daerah kuadran kanan atas perut pasien, dengan cara menempatkan satu jari di tulang rusuk dan mengetuk-ngetuk dengan jari lain dimulai pada daerah yang rendah bergerak ke atas perut pasien. e.USG USG menggunakan gelombang suara, bukan x-ray, untuk menghasilkan gambar. USG bersifat sangat sederhana, murah dan non-invasif, oleh karena itu sering kali digunakan sebagai salah satu dari tes pertama untuk mendeteksi addanya tumor pada hati. Sayangnya, hasil tes sangat tergantung pada ahli sonogram, kualitas scanner, dan keadaan pasien. Akibatnya, USG mungkin tidak mendeteksi semua tumor dalam semua kasus. Selain itu, USG adalah modalitas penting yang digunakan pada saat operasi yang disebut intraoperative USG. Pemeriksaan ini harus dilakukan pada semua pasien yang menjalani prosedur pembedahan pada hati. USG akan mengidentifikasi semua tumor di dalam hati dan memperjelas hubungan pembuluh darah di hati. Penyidikan ditempatkan langsung pada hati pada saat operasi. Tes ini memberikan informasi penting yang berguna dalam strategi pengobatan. f.MRI Magnetic Resonance Imaging (MRI) adalah teknologi pendeteksian yang paling canggih tersedia saat ini. MRI umumnya dianggap lebih aman ketimbang teknik-teknik pendeteksian lain karena non-invasif dan tidak menggunakan X-ray. MRI menggunakan gelombang radio dan magnet yang kuat untuk menciptakan gambar organ dan jaringan. Tes ini sering digunakan ketika temuan pada CT scan tidak jelas. Selama proses pendeteksian, MRI membangkitkan magnet atom hidrogen dalam sel-sel tubuh. Selanjutnya, atom hidrogen ini melepaskan muatan listrik kecil yang diambil oleh sebuah scanner dan dikumpulkan ke dalam gambar. MRI sangat sensitif terhadap jaringan hati dan mampu menampilkan pembuluh darah hati tanpa membutuhkan pewarna.(Mauss,2009)
G.STADIUM KANKER HATI

Setiap jenis kanker memiliki kriteria stadium tertentu. Secara umum tahapan yang berbeda dapat diringkas sebagai berikut:
•Tahap I: Localized dan direseksi
Tumor ditemukan di salah satu lokasi dari hati dan bisa diobati melalui pembedahan.
•Tahap II: Localized dan Mungkin direseksi
Tumor primer ditemukan di salah satu atau lebih lokasi di hati dan dapat diobati melalui pembedahan. Keputusan untuk mengobati penyakit pembedahan akan bergantung pada pengalaman para dokter.
•Tahap III: Advanced
Kanker telah menyebar ke lebih dari satu lokasi di hati dan / atau ke bagian lain dari tubuh. Seringkali, bedah reseksi tidak memberikan manfaat kepada pasien.
•Tahap IV : Penyebaran
Kanker melibatkan beberapa situs di seluruh tubuh. Seringkali, operasi tidak dianjurkan dan kemoterapi merupakan pilihan terbaik.

H.TATALAKSANA TERAPI
Terapi
Terapi untuk kanker hati disesuaikan dengan stadium kanker hati dan keseluruhan kondisi dari pasien. Pilihan terapi ditetapkan berdasarkan atas ada tidaknya sirosis, jumlah dan ukuran tumor, serta derajat pemburukan hepatic. Untuk menilai status klinis, sistem skor Child-pugh menunjukkan estimasi yang akurat mengenai kondisi pasien.
Terapi pada kanker hati meliputi:
a.Kemoterapi sistemik
Kemoterapi sistemik dapat meningkatkan masa survive pasien. Banyak studi melaporkan penggunaan antimetabolit seperti 5-fluorouracil (5 FU), 5-fluoro-2’-deoxyuridine (FUDR), dan methotrexate mempunyai efikasi sebaik doxorubicin. Doxorubicin memberikan efek lebih baik bila diberikan secara sistemik. Terapi diberikan melalui infus intra-arteri karena suplay darah pada sel kanker hati didominasi dari arteri hepatic. 5-FU dan FUDR merupakan terapi utama, dan dapat ditambahkan dengan methotrexate dan doxorubicin. Infuse ini dimasukkan dalam arteri hepatic secara langsung dengan kateter maupun secara perkutan melalui arteri brachialis kiri. Kateter ini akan memasukkan agen kemoterapi secara kontinyu dalam periode yang telah ditentukan. Agen kemoterapi dapat menyebabkan efek samping yang serius, oleh karena itu perlu pertimbangan serius dalam pemilihan agen kemoterapi maupun cara pemberiannya. Penelitian yang baru menyarankan penggunaan tamoxifen atau octreotid tapi beberapa studi belum menunjukkan efektivitas yang berarti.
b.Chemoembolization (trans-arterial chemoembolization atau TACE)
Sebagian besar pasien HCC didiagnosis pada stadium menengah-lanjut (intermediate-advance stage) yang tidak ada terapi standarnya. Berdasarkan meta analisis, pada stadium ini hanya TAE/TACE (transarterial embolization/ chemo embolization) saja yang menunjukkan penurunan pertumbuhan tumor serta dapat meningkatkan harapan hidup pasien. Prosedur TACE sama dengan infus intra-arteri kemoterapi tetapi pada TACE ada blokade (embolisasi) pada pembuluh darah kecil dengan semacam gelfoam atau senyawa logam kecil. TACE dengan frekuensi 3 hingga 4 kali setahun dianjurkan pada pasien yang fungsi hatinya cukup baik (Child-pugh A) serta tumor multinodular asimptomatik tanpa invasi vascular atau penyebaran ekstrahepatik, yang tidak dapat diterapi secara radikal. Sebaliknnya, bagi pasien yang dalam keadaan gagal hati (Child-pugh B-C), serangan iskemik akibat terapi ini dapat mengakibatkan efek samping yang berat. TACE juga tidak disarankan pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal, gangguan koagulasi darah, atau mempunyai riwayat alergi dengan agen kontras.
c.Ablasi tumor perkutan
Radiofrequency ablation (RFA) Therapy
Terapi RFA merupakan pilihan beberapa ahli bedah di Amerika untuk mendestruksi jaringan tumor. RFA dilakukan dengan prosedur laparoskopi (melalui lubangg kecil di abdomen) atau dengan eksplorasi pembukaan abdomen. Prosedur ini dapat dilakukan tanpa pembukaan abdomen yaitu dengan menggunakan ultrasound. Dalam RFA, panas dihasilkan dengan frekuensi yang tinggi melalui arus bolak-balik dari elektroda. Panas ini akan menghancurkan jaringan (coagilative necrosis) di sekitarnya. Ukuran tumor ideal yang dapat diterapi dengan RFA yaitu kurang dari 3 cm. Tumor yang lebih besar memerlukan terapi RFA lebih dari satu sesi. Terapi RFA dapat meringankan nyeri yang dialami pasien baik digunakan secara tunggal maupun kombinasi dengan kemoterapi tetapi tidak menyembuhkan kanker. Durasi respon RFA dilaporkan 6-8 bulan.
Percutaneous Ethanol Injection (PEI)
Pada teknik ini, alkohol murni (100%) diinjeksikan ke dalam tumor melalui jarum yang sangat kecil dengan bantuan ultrasound atau CT visual. Alkohol akan menginduksi destruksi dengan cara menarik air keluar dari sel tumor (dehirasi) sehingga akan terjadi denaturasi struktur protein seluler (nekrosis). PEI dilakukan sebanyak 5-6 sesi untuk mendestruksi secara lengkap kanker. Pasien yang ideal melakukan PEI yaitu pasien yang memiliki tumor kanker hati kurang dari 3, dimana masing-masing tumor memenuhi persyaratan:
Batas-batas tumor sudah jelas
Diameter kurang dari 3 cm
Dikelilingi jaringan fibrosa
Tidak dekat pemukaan hati
Sebagai tambahan, pasien yang dapat melakukan PEI tidak boleh mempunyai tanda-tanda gagal hati kronik seperti ascites atau jaundice. Efek samping PEI antara lain nyeri dan demam karena alkohol masuk ke cavum abdomen.
d.Protom Beam Therapy
Teknik ini dilakukan dengan cara memberikan radiasi dosis tinggi pada area tumor yang telah jelas. Terapi ini memberikan hasil yang baik pada tumor lain tetapi belum ada data yang cukup mengenai efikasinya pada kanker hati. Pasien yang ideal untuk terapi ini yaitu pasien yang mempunyai lesi tersendiri kurang dari 5 cm. Terapi ini dilakukan selama 15 hari,oleh karena itu pasien harus mempunyai kondisi yang fit selama menjalani terapi.
e.Reseksi hepatic
Tujuan terapi reseksi hepatic yaitu menghilangkan keseluruhan tumor dari jaringan liver. Terapi ini dapat dilakukan pada pasien yang mempunyai tumor kurang 3 dan fungsi liver yang masih baik, idealnya tanpa adanya sirosis karena dapat memicu timbulnya gagal hati dan menurunkan angka harapan hidup. Oleh karena itu diperlukan kriteria seleksi pada pasien dengan sirosis. Parameter yang dapat digunakan untuk seleksi adalah skor Child-pugh dan derajat hipertensi portal atau kadar bilirubin serum dan derajat hipertensi portal saja. Subjek dengan bilirubin normal tanpa hipertensi portal yang bermakna, harapan hidup 5 tahunnya dapat mencapai 70%. Kontraindikasi tindakan ini adalah adanya metastasis ekstrahepatik, HCC difus atau multifocal, sirosis stadium lanjut dan penyakit penyerta yang dapat mempengaruhi ketahanan pasien menjalani operasi.
f.Transplantasi hati
Transplantasi hati dilakukan pada pasien dengan stadium akhir penyakit hati seperti hepatitis B dan C kronik, alcoholic cirrhosis, primary billiary cirrhosis, dan sclerosing cholangitis. Transplantasi hati merupakan pilihan terbaik untuk pasien dengan ukuran tumor kurang dari 5 cm yang mempunyai tanda-tanda gagal hati.
Pencegahan
Pencegahan HCC yang paling penting yaitu pencegahan terjadinya sirosis dan mencegah progresivitas hepatitis B dan C. Profilaksis pada pasien dengan Hepatitis B dan C kronik antara lain dengan pemberian antiviral. Deteksi dini dan phlebotomy pada pasien hemochromatosis sebelum berkembang menjadi sirosis dapat menurunkan frekuensi terjadinya HCC. Konsumsi kopi 2 gelas atau lebih perhari dapat menurunkan resiko terjadinya kanker hati 40-50% pada pasien hepatis kronik.
Prognosis
Sebagian besar kasus HCC berprognosis buruk karena tumor yang besar/ ganda dan penyakit hati stadium lanjut serta ketiadaan atau ketidakmampuan penerapan terapi yang berpotensi kuratif (reseksi, transplantasi, dan PEI). Stadium tumor, kondisi umum kesehatan, fungsi hati, dan intervensi spesifik mempengaruhi prognosis pasien HCC.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2006, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Ed-4, Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 455-459.

Anonim, 2009, Hepatocellular Carcinoma, diambil dari http://www.medicinenet.com/liver_cancer/article.htm, diakses 2 Desember 2009.

Mauss, et. Al., 2009, Hepatology : A Clinical Textbook, Flying Publisher, Jerman, 321-329.

Oberfield, Richard et al., 1989, Liver Cancer, diambil dari http://caonline.amcancersoc.org/cgi/reprint/39/4/206, diakses 2 Desember 2009.